BREAKING

Wednesday, December 22, 2010

Rotan Dalam Sistem Ketahanan Usaha dan Budaya Suku Dayak

Oleh : Januminro Bunsal

Wilayah Kalimantan Tengah sudah sejak lama dikenal sebagai wilayah yang pertama kali memulai upaya budidaya rotan secara komersial.

Upaya budaya tanam rotan di kalangan warga Dayak Kalimantan Tengah, sebenarnya muncul dan berawal dari kebutuhan masyarakat dayak akan manfaat dan kegunaan rotan sebagai salah satu bahan untuk keperluan mendukung aktivitas kesehariannya. Kegiatan budidaya rotan merupakan bentuk perwujudan dari penghargaan masyarakat dayak akan pentingnya pelestarian terhadap komoditas rotan dan juga pelestarian lingkungan sekitar lokasi di mana rotan dibudidayakan.

Dalam proses budidaya, pemanfaatan dan proses pengolahan rotan sampai menghasilkan barang jadi, tergambar dengan jelas perjalanan sebuah komunitas local untuk mempertahankan dan membangun model ketahanan usaha dan ketahanan budaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ketahanan ekonomi dan identitas lokal.

Rotan dan Ketahanan Usaha

Peradaban manusia khususnya masyarakat dayak Kalimantan Tengah sudah sejak lama mengenal dan menggunakan rotan dalam berbagai keperluan hidupnya sehari-hari, bahkan dibeberapa tempat bahan rotan telah menjadi pendukung perkembangan budaya masyarakat setempat.

Sedangkan kegiatan budidaya rotan dilingkungan warga dayak Kalimantan Tengah, pada awalnya merupakan bagian dari salah satu jenis tanaman yang dikembangkan pasca siklus kegiatan perladangan berpindah. Dalam siklus kegiatan perladangan berpindah yang dilakukan oleh warga dayak Kalimantan Tengah, jenis tanaman utama yang di tanaman adalah padi.Kegiatan budidaya padi merupakan bentuk upaya menyediakan kebutuhan karbohidrat , sedangkan pemenuhan kebutuhan protein dilakukan melalui pola kegiatan berburu hewan danikan.

Dalam rentang siklus tersebut, ada berbagai aktivitas yang memerlukan manfaat rotan sebagai bahan yang dapat membantu aktivitas masyarakat Dayak , antara lain sebagai alat ikat dalam proses pembuatan rumah panggung dan bahan pengikat untuk membuat jebakan binatang dan bahan untuk menjala ikan.

Pola perladangan selalu diakhiri dengan hadirnya beragam jenis tanaman di bekas-bekas ladang, jenis tanaman utama pasca padi adalah karet, diikuti dengan penanaman pohon rambatan berupa bungur dan tanaman rotan, serta tanaman buah-buahan lokal.Budidaya rotan dalam realitas keseharian warga dayak telah melahirkan adanya ketahanan usaha, hal itu dapat dilihat pada setiap kebun rotan akan terdapat beragam jenis pohon dengan beragam manfaat, seperti karet (getah dan kayu), bungur (kayu pertukangan) pohon buah-buahan.

Dengan adanya pola perpaduan jenis tanaman semacam itu, tidak pernah ada keluhan berarti dari masyarakat dayak Kalimantan Tengah begitu terjadi goncangan harga pada satu salah satu komodi. Tidak ada keluhan berarti ketika harga rotan turun, karena warga dayak akan mengalihkan pola panen ke komoditi karet. Atau harga kedua komoditi tersebut ambruk, masyarakat dayak masih memiliki ketahanan pangan dari sisa lumbung padi, berburu, mencari ikan atau menjual hasil buah-buahan. Tapi yang pasti dengan ketahanan usaha tersebut, sampai saat ini tidak pernah terjadi bahwa warga dayak mati kelaparan atau kekurangan pangan akibat rendahnya harga jual salah satu komoditi.

Lebih dari itu pola budidaya rotan selalu berkait dengan lingkungan yang terjaga, karena rotan selalu memerlukan rambatan untuk tumbuh. Budidaya rotan mencerminkan kedekatan dan semangat warga dayak untuk selalu mempertahankan dan memelihara lingkungan dan menjamin siklus manusia dengan lingkungan.

Rotan dan Ketahanan Budaya

Melalui upaya pemanfaatan tanaman rotan, maka lahirlah tradisi kuliner umbut rotan, di kalangan warga dayak. Saat ini tradisi kuliner umbut rotan telah menjadi menu pilihan utama di beberapa restoran lokal, dan menjadi salah satu menu makanan yang dicari para wisatawan bila berkunjung ke Kalimantan Tengah. Meningkatnya pemanfaatan umbut rotan tersebut akan memberikan dampak pada peningkatan penghasilan para petani rotan, yang tidak sebatas memungut batang rotan tua untuk keperluan pembuatan barang anyaman. Tidak tertutup peluang minat kuliner umbut rotan mendunia, dan berpeluang suatu saat umbut rotan diekspor dalam bentuk segar.

Kalimantan Tengah sebagai wilayah yang memiliki kawasan budidaya rotan terbesar,sudah sejak lama masyarakat secara turun temurun mengembangkan tradisi membuat aneka kerajinan yang terbuat dari rotan. Karena begitu lamanya tradisi itu berkembang, maka saat ini suku Dayak Kalimantan Tengah harus bangga, karena memiliki bentuk motif anyaman berciri khas, yang menjadi salah satu kekayaan budaya lokal, yang dijadikan hiasan beragam bahan kerajinan.

Pola-pola serta motif-motif yang umumnya digunakan oleh suku dayak selalu terinspirasi secara keseluruhan dari lingkungan alam sekitar, yang mencerminkan keselarasan keselarasan hubungan. Hal ini disebabkan karena kehidupan suku Dayak sangat bergantung dan dekat dengan alam. Gambaran kedekatan tersebut terlihat dari motif-motif anyaman yang dibuat tergambar dalam bentuk asimetris, zig-zag, spiral, bentuk binatang dan bentuk tanaman,

Upaya penelusuran ragam hias tradisionil berupa motif anyaman dayak Kalimantan Tengah , merupakan upaya untuk menggali secara seksama semua ciri, corak serta keunikan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ragam hias tradisionil. Upaya penelusuran dan penggalian aneka motif tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dan sumber inspirasi untukmengangkat ragam hias tradisionil dayak Kalimantan Tengah menjadi salah satu identitas lokalyang secara fisik menjadi pembeda dengan identitas lainnya. Adanya perbedaan tersebut dapat dijadikan dasar untuk dikembangkan sebagai sebuah potensi ekonomi lokal yang mendunia.

Berbagai ragam hias tradisionil apabila dapat digali, akan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kepentingan masyarakat Kalimantan Tengah Khususnya dan Bangsa Indonesia umunya. Untuk itu upaya menggali ragam hias tradisionil dayak tidak hanya terhenti untuk menggali aspek keindahanya, namun harus dapat mengali aspek historis, aspek nilai, ciri, corak, ragam dan makna yang terkandung dari setiap ragam hias tersebut, dan menggali peluang pengembangannya untuk dapat menyesuaiakan dan beradaptasi dengan kondisi jaman yang selalu menuntut perubahan.

Tantangan mempertahankan ketahanan usaha dan budaya

Sistem ketahanan usaha warga dayak sempat goyah ketika ada program pengembangan lahan gambut (PLG) pada lahan seluas ± 1 juta hektar yang berada pada wilayah lumbung rotan : Kabupaten Barito Selatan, Kapuas, Pulang Pisau dan sebagian Kota Palangka Raya. Akibat dari aktivitas pembuatan saluran kanal dan pembersihan lahan yang awalnya kawasan hutan yang masih potensial, telah memicu kawasan menjadi terbuka, kering dan mudah terbakar, sehingga banyak kawasan yang menjadi habitat rotan milik rakyat tergusur dan terganggu.

Tantangan lainnya muncul sebagai dampak dari dikembangkan secara meluas komoditas kelapa sawit, yang berdasarkan perhitungan memberikan nilai ekonomi lebih baik dibandingkan dengan komoditas rotan. Bahkan saat ini cakupan budidaya kelapa sawit dapat mengancam kelansungan budidaya rotan, karena cakupan pengembangan budidaya kelapa sawit sudah masuk ke lahan-lahan dengan tingkat kesuburan rendah seperti lahan gambut.

Selain itu aktivitas penambangan emas yang dilakukan pada pinggiran sungaisepanjang wilayah DAS Barito, Kapuas dan Kahayan sempat pula menurunkan gairah untuk melakukan pemungutan rotan, mengingat harga emas begitu menjanjikan. Namun kini dengan semakin menipisnya hasil yang didapat dari kegiatan penambangan dan tidak berimbangnya biaya produksi untul melakukan penambangan, maka masyarakatkembali melirik kebun rotan kembali.

Dari aspek budaya, maka tantangan paling berat adalah semakin menurunnya minat anak muda dayak Kalimantan Tengah untuk menekuni dan mempertahankan budaya menganyam. Kegiatan pemungutan, pengolahan awal dan menganyam barang yang terbuat dari rotan memiliki rantai yang panjang dan menjadi pekerjaan yang tidak lagi banyak menarik minat anak muda untuk menekuninya. Apalagi nilai jual yang didapat tidak memberikan hasil yang baik, maka lambat atau cepat ketahanan budaya dayak Kalimantan Tengah akan hilang.

Tantangan lebih serius juga muncul dari hadirnya bahan sintetis yang secara nyata telah memasuki wilayah-wilayah pangsa pasar rotan alami. Hal itu secara nyata dapat dilihat hadirnya berbagai meubel rotan berbahan sintetis terutama untuk keperluan eksterior.

Dalam rangka mempertahankan serta melestarikan motif anyaman dan hasil kerajinan dayak Kalteng bukanlah pekerjaan mudah. Untuk itu perlu kesadaran dan apresiasi yang tinggi dari masyarakat Dayak itu sendiri, untuk melakukan terobosan dalam rangka meningkatkan minat anak-anak muda untuk menekuni usaha tersebut. Beberapa rekomendasi yang memungkinkan antara lain menjadikan kegiatan anyam-mengayam dimasukan menjadi kurikulum muatan lokal dan mendirikan beberapa sanggar anyaman di beberapa tempat sebagai wadah pelatihan dan sekaligus menjadi bagian dari lokasi objek wisata budaya, pameran dan pemasaran produk.

Selain itu sampai saat ini belum adanya kebijakan untuk segera melindungi motif anyaman khas dayak Kalimantan Tengah dengan cara mendaftarkannya secara Nasional dan Internasional, sehingga di masa datang tidak adanya klaim dari Negara lainnya terhadap motif anyaman khas Kalimantan Tengah.

Kondisi tersebut akan dapat lebih parah lagi apabila pola tata niaga rotan ke depan semakin tidak memberikan harapan, maka terbuka peluang pola budidaya rotan sebagai bagian dari bentuk ketahanan usaha tradisionil dan ketahanan budaya suku dayak akan memudar akibat digantikan dengan komoditas dan usaha lainnya yang lebih prospektif.

Penutup

Di masa mendatang apapaun kebijakan politik dan ekonomi yang akan dilakukan oleh Pemerintah, semangatnya adalah bagaimana agar potensi rotan terutama di wilayah Kalimantan Tengah bisa memberikan manfaat untuk para petani dan pengrajin. Karena dalam sistem tata niaga rotan, fihak yang paling dirugikan adalah para petani dan pengrajin rotan yang tidak banyak mengambil manfaat dari kebijakan yang telah dibuat.

Berkenaan dengan itu, maka upaya pengembangan rotan ke depan, terutama di Kalimantan Tengah harus dapat mempertahankan dan meningkatkan pola ketahanan usaha dan ketahanan budaya, yang telah berkembang selama ini agar dapat menjadi sumber potensi untuk meningkatkan ekonomi lokal dan menjadi identitas budaya di wilayah Kalimantan Tengah.

Dalam rangka berkomitmen untuk menurunkan efek rumah kaca, patut dipertimbangkan dan diperjuangkan kawasan kebun rotan dapat menjadi salah satu kawasan yang masukdalam skema REDD+, sehingga adanya insentif tersebut dapat memacu para petanitetap mempertahankan kawasan kebun rotan.

WWW.kompasiana.com

No comments :

Post a Comment

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube