BREAKING

Thursday, December 9, 2010

Bukong Dalam Adat Kematian Dayak Ella

oleh : Samson Juir

Bagi Dayak Ella yang berdomisili di Kecamatan Ella Hillir, Kabupaten Melawi, kematian adalah awal seseorang memasuki dunia yang baru. Memang orang yang meninggal tersebut terpisah dari kita, tetapi hanya terpisah secara fisik.

Dalam kehidupan suku ini, ada tradisi Bukong. Bukong adalah hantu yang mengantar seseorang menuju kubur, dan ia hanya muncul kalau ada orang meninggal. Seperti yang terjadi pada bapaknya Pak Totoy (usia sekitar 54 tahun), ketika ia meninggal, maka pada malam sebelum dikubur, dijaga semalam suntuk, tidak boleh tidur.

Saat menjaga jenasah ini, dimunculkan hantu Bukong. Bukong dilambangkan dengan beberapa orang yang memakai topeng seperti hantu dan tubuhnya dipenuhi dengan daun-daun. Setelah doa malam selesai (doa secara Katolik), setiap orang yang hadir makan bersama. Setelah itu masuklah enam hantu Bukong sambil menari mengikuti irama gong ke dalam rumah. Mereka menari sambil mengelilingi peti jenasah. Sambil menari, terkadang para Bukong menakuti orang-orang yang ada di rumah. Setelah puas menari dan menakuti orang-orang, ia turun ke tanah dan menghilang.

Setelah beberapa saat, ia masuk ke dalam rumah untuk kedua kalinya sambil menari mengeliligi jenasah dan seluruh rumah. Ia disuapi dengan segala nasi, diberi rokok, daging ayam dan diberi minum oleh yang punya rumah, sebagai tanda memberi persembahan. Ia mengganggu tiap orang dan kemudian keluar dari rumah lagi.

Kemudian setelah sekian lama, mereka masuk ketiga kalinya ke dalam rumah. Mereka terus menari mengikuti irama gendang. Tetapi diantara mereka ada yang membawa ayam, menggigit leher ayam tersebut dan menghisap darahnya. Kalau ada enam orang yang menjadi Bukong, maka dianggap ada tujuh Bukong, satunya Bukong asli yang tidak kelihatan, itulah kepercayaan Dayak Ella. Sebab itu ada yang menggigit leher ayam dan menghisap darahnya. Bukong juga ada laki-laki dan ada perempuan, kalau ia suka menggoda perempuan selama menari maka ia Bukong laki-laki. Pada momen-momen tertentu, kehadiran Bukong bisa sangat mencekam, apalagi kalau muncul Bukong asli yang meminum darah ayam. Walaupun begitu, suasana kematian orang tersebut justru dirasakan suka cita sebab suasana meriah, tidak hanya ada hantu Bukong. Dan sambil menjaga jenasah, Dayak Ella juga bermain bola api di dalam rumah yang dibuat dari buah kelapa tua. Tua-muda ikut dalam permainan bola api yang sudah disiapkan oleh tuan rumah. Selain itu, mereka menari mengelilingi jenasah pada saat ada musik gong untuk mengiringi masuknya Bukong ke dalam rumah. Karena itu, suasana duka yang menyelimuti rumah tersebut menjadi hilang.

Mendoakan mereka yang meninggal
Kita adalah kepunyaan Allah dan akan kembali kepada Allah, dan kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Itulah yang terjadi dengan manusia. Dayak Ella sangat menyadari hal itu, malamnya ketika berjaga semalaman, mereka mendoakan keluarga yang meninggal tersebut agar diterima di sisi Tuhan. Itulah inti doa mereka yang paling utama.

Kemudian dimunculkan juga Bukong sebagai representasi dari setan yang menggoda, tetapi ia hanya menggoda dan mengingatkan manusia harus hati-hati di dunia sebab banyak juga kekuatan jahat yang bisa melukai jika kita tidak beriman dan percaya pada Tuhan.
Besoknya, pada saat penguburan orang yang meninggal tersebut, topeng Bukong yang dipakai pada malamnya harus dibawa ke kuburan dan ditinggalkan di sana. Diharapkan ia (Bukong) tinggal di kuburan dan tidak menganggu orang-orang yang masih hidup, dengan demikian Bukong kembali ke tempat asalnya.

Kalimantan Review/KR, edisi

foto : KANTOR KEPALA DESA NANGA ELLA HILIR (http://ratnanet.blogspot.com)

No comments :

Post a Comment

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube