BREAKING

Sunday, December 6, 2009

ASAL USUL TERJADINYA PULAU SERUYAN DAN KUBURAN KERAMAT

Kanon dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang banyak memiliki anak, dari sekian banyak anak yang di miliknya ada salah satu anaknya yang berbeda dari anak-anaknya yang lain. Anak yang berbeda itu adalah anak yang paling bungsu, dari kecil sampai dewasa dia tidak suka mengenakan pakaian dia lebih senang telanjang bulat dari pada harus memakai pakaian. Anak itu bernama Bito, ketika masih kecil dia sering bermain di daerah pulau pantai untuk bermain-main sendirian di pantai bahkan hampir tiap hari waktunya di habiskan di pantai itu.
Dia tidak senang kalau dan bermain dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya, dia paling suka berlari-larian sendiri di daerah pantai itu sambil memainkan air dan pasir tanah yang berwarna putih dari pagi sampai sore hari, seakan-akan daerah pantai tersebut telah menjadi rumah kedua baginnya dan lagi pula daerah pantai tersebut letaknya tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga dengan berjalan kaki beberapa meter saja sudah sampai ke tempat pulau pantai tersebut.
Kegiatan seperti itu dia lakukan tiap hari dan bahkan kegian rutinnaya sampai dia dewasa. Setelah dewasa Bito tetap saja tidak suka memakai pakaian dan ia lebih suka telanjang bulat seperti dia kecil, orang tuanya pun merasa malu tetapi setelah dewasa dia tidak lagi pergi ke pulau pantai yang sering di kunjunginya waktu dia masih kecil dulu dan dia masih senang berkurung diri di dalam rumah, karena terkucilkan dari saudara-saudaranya akhirnya dia membut sebuah gubuk kecil dengan ukuran yang sempit dan sederhana.
Di gubuk itulah Bito hidup seorang diri terasing dari orang tua dan saudara-saudaranya karena sering berkurung diri itulah mengakibatkan kakinya Bito lumpuh dan tidak berfungsi lagi sehingga untuk mencukupi kebutuhannya Bito cuma mengharap belas kasih dari orang lain tetapi terkadang ada juga kerabatnya yang berkunjung untuk memberi makanan, kebetulan juga letak kerabatnya itu tidak jauh dari rumahnya dan di antara kerabatnya melihat Bito seperti itu dia merasa kasihan dan iba sehingga ia meminta Bito tinggal bersamanya, Bito pun mengikuti saja karena dia sadar tidak mungkin sendirian tanpa bantuan orang lain lebih-lebih setelah kakinya menjadi lumpuh.
Maka tinggallah Bito dengan kerabatnya tersebut yang letaknya pun tidak jauh dari rumahnya. Di rumah itulah dia tinggal bersama pamannya yang bernama talib dan memiliki 5 orang anak, 2 perempuan dan 3 laki-laki sedangkan istrinya sudah meninggal. Paman Bito ini di kampungnya sangat dihormati karena memiliki sikap yang sangat rendah hati dan sangat dermawan serta suka menolong sesamanya.
Karena kebiasaan hatinya itulah maka dia mau menerima Bito dengan segala kekurangannya dan menggap Bito sebagai anak kandungnya sendiri, begitu pula anak kandungnya yang menanggap Bito sebagai saudaranya sendiri kandungnya sendiri, meskipun hubungan keluarga antara Bito dan pamannya ini terbilang kerabat jauh, tetapi pamannya tidak membeda-bedakan antara Bito dan anak kandungnya sendiri dan Bito pun disuruh menempati kamar yang lumayan cukup besar yang sama besarnya dengan kamar anak kandungnya tetapi Bito tidak mau dengan alasan kamarnya terlalu mewah untuknya karena dia merasa tepat itu berbeda dengan gubuk yang dulu ditempatinya.
Namun pamannya membujuk adul supaya mau menempati kamar tersebut. Di kamar itulah Bito menghabiskan hari-harinya setiap waktu dan kebiasaan Bito yang yang tidak mau memakai pakaian terus di bawanya sampai dia tinggal di rumah pamannya tetapi pamannya menggap itu bukan jadi masalah dan dia juga tidak pernah mau keluar dari kamarnya, dia lebih senang berkurung diri sendirian di kamar oleh sepupunya ( anak pamannya ) Gina, namun kebiasaannya Bito seperti itu tidak pernah membuat pamannya merasa terbebani tetapi dengan sabar dia merawat Bito.
Bertahun-tahun Bito hidup bersama dengan pamannya dengan sikap yang seperti itu sehingga Bito pun menunjukan suatu kelebihan yang ada dalam dirinya, di antaranya dia bisa menembak apa yang akan terjadi esok dan tebakannya itu benar terjadi dan seakan-akan dia bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Dengan kelebihan Bito yang bisa meramal seperti itu dengan cepat berita itu tersebar ke seluruh penduduk kampung sehingga banyak penduduk yang berkunjung meminta bantuan untuk di ramal dan meminta nasihat kepadanya, dengan iklas Bito membantu meramal dan memberi nasihat kepada penduduk yang datang tanpa ia memungut bayaran sedikitpun.
Tidak lama setelah Bito mulai menggunakan kelebihannya itu, pamannya meninggal dunia dan Bito pun merasa terpukul dan terpuruk hampir dia putus asa karena dia merasa sangat kehilangan orang yang sangat menyayanginya, orang yang selalu menghiburnya dan selalu membantunya serta selalu menemaninya saat dia membutuhkan dan saat seluruh keluarganya menjauhinya.
Sejak meninggal pamannya itu lah, tidak mau lagi meramal dan memberi nasihat kapada orang-orang yang datang kepadanya, hingga berbulan-bulan Bito terpuruk dalam kesedihan, dia merasa bersalah karena kelebihannya itulah yang mengakibatkan pamannya meninggal, karena sehari sebelum pamannya meninggal Bito sempat bermimpi perahu yang ditumpangi pamannya tersebut terbalik tapi tidak memberi tahu pamannya tentang mimpinya itu karena dia mengapa kalau mimpinya itu hanya kembang tidur saja, namun ternyata kejadian yang ada di mimpinya, sehingga dengan kejadian itulah dia beranggapan dirinyalah orang yang paling bersalah atas kematian pamannya tersebut, dan dia berfikir seandainya saja dia memberitahukan pamannya tentang mimpinya itu mungkin sekarang pamannya masih hidup. Melihat keadaan Bito yang terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian pamannya.
Maka anak pamannya yang bernama Gina kasihan dan merasa iba dengan keadaan Bito yang seperti itu berantakan dan jauh berbeda dengan Bito yang dulu ketika ayahnya masih hidup dan Gina pun berusaha membujuknya secara perlahan-lahan agar Bito bisa melupakan kesedihan dan ras bersalahnya terhadap pamannya tetapi Bito tidak memperdulikan bujukan Gina tersebut dan bahkan dia membujuk dan menyadarkannya kalau kematian pamannya itu bukan karena dia tapi atas kehendak yang Maha Kuasa. Gina pun membujuk Bito tanpa merasa lelah dan januh dan akhirnya membuahkan hasil, Bito pun sudah bisa menerima kemantra pamannya dengan adilasi.
Suatu malam Bito bermimpi bertemu pamannya dan dalam mimpinya itu pamannya meminta kepada Bito agar dia tetap memjadi Bito yang dulu yang memiliki sikap sendah hati dan suka menolong, hingga Bito pun terbangun dari tidurnya dan langsung memikirkan tentang mimpinya tersebut. Setelah beberapa hari berlalu Bito terus-terus memikirkan mimpinya tersebut dan akhirnya dia pun bertanya kepada Gina tentang maksudmimpinya itu. Sejenak Gina terdiam kemudian berkata kepada Bito” Dul kamu disuruh ayah menggunakan kelebihan yang kamu miliki itu untuk menjadi Bito yang seperti dulu lagi “ Itulah arti mimpi yang kamu alami kata Gina kepada Bito mendengar penjelasan Gina itu Bito pun terdiam tanpa sepatah katapun dan dia bangkit dari tempat duduk lalu pergi mendengar penjelasan dari Gina, Bito pun berubah yang tadinya kelihatan sedih dan berantakan kembali berseri, seakan-akan kesedihan yang dirasakan tidak ada lagi dan dia telah berubah Bito seperti itu, Gina merasa sangat senag meskipun kaki Bito masih lumpuh tapi dia tetap beryukur karena telah mampu mengembalikan Bito seperti semula dan menghilangkan rasa kesedihannya serta membangkitkan semangat hidupnya yang hampir pudar akibat di tinggal mati oleh ayahnya.
Kabar tentang perubahan Bito seperti sedia kal dengan cepatnya tersebar keseluruh pelosok kampong sehingga orang banyak datang kerumahnya untuk diramal dan meminta nasihatnnya, hampir seluruh penduduk yang kenal dengan namanya tetapi walaupun terkenal dia tidak pernah merasa sombong dan besar kepala dengan kelebihan yang dimilikinya.
Selama hidupnya Bitotidak pernah memiliki pendamping hidup ( isteri) meskipun banyak para gadis yang pernah tertarik padanya dan bahkan berharap menjadi istrinya tetapi dia tetap tidak mau memilih satupun perempuan.
Itu sampai usianya lanjut Bito masih tinggal dirumah pamannya tapi karena semua anak pamannya diserah kepad Bito tapi melihat Bito sendirian di rumah itu merasa kasihan dan mengajak Bito tinggal bersamanya, awalnya Bito menolak ajakan itu kerana takut menyusahkan Gina tetapi berkat keteguhan dan kesabarannya Gina dalam meyakinkan Bito akhirnya Bitopu mau juga ikut dengan Gina. Di rumah Gina itulah Bito tinggal, disebuah rumah yang sangat sederhana tetapi Gina hidup bahagia, ruku dan harmonis.
Letak rumah Gina dengan rumah yang ditempatinya dulu kira-kira berjarak 5 kilometer dan harus menyeberangi sungai sehingga dengan mudahnya Bito bolak-balik dari rumah Gina ke rumah Bito yang dulu dan kegiatannya dia lakukan sampai dia tidak bisa lagi kesana atau dengan kata lainsampai dia jatuh sakit dan sampai akhirnya Bito pun menghembuskan nafas terakhirnya dirumah Gina, dalam detik-detik terakhir sebelum kematiannya Bito sempat tersenyum kepada Gina dan zenajahnya mengeluarkan bau harum yang semarak wanginya, manusuk hidung orang yang menghadiri pemakaman tersebut. Sehingga sungai yang sering dilewatuiBito itu dinamakan sungai seruyan.
Zenajah Bito dimakamkan dipemakaman umum yang letaknya tidak jauh dari rumah Gina. Tempat pemakaman Bito dianggap sabagai tempat yang keramat kerana Bito dianggap orang yang suci, tidak pernah berbuat dosa dan kesalahan semasa hidupnya dan ada juga sebagian orang yang menganggap Bito orang yang dekat dengan sang pencipta.
Sehingga setiap hari pasti ada saja yang jiarah ketempat pemakaman Bito dan orang yang jiarah ketempat bisa meminta kepada Bito tapi melalui perantaranya Bito, karena tempat pemakamannya keramat setiap orang yang jiarah ketempat tersebut pasti balik lagi ketempat tersebut untuk mendo’akan.
Bito sebagai ungkapan terimakasih kepadanya karena melalui perantranya semua apa yang diinginkan pasti terkabul, terkadang tidak jarang pula ada orang yang mengasihkan uang untuk biaya perbaikan pemakaman Bito. Dari tahun ke tahun para pengunjung yang kepemakaman untuk jiarah, tidak pernah berkurang bahkan tambah banyak pepengunjungnya. Terkadangtidak jarang untuk mengenang jasa-jasa Bito, para penduduk yang merasa berhutanmg budi kepadanya datang ketempat kelahirannyaBito ( daerah pulau yang tak berpenghuni lagi).
Entah kenapa kebiasaan berkunjung kedaerah tersebut pulau seakan-akan menjadi sebuah tradisi yang harus dilakukan penduduk khususnya penduduk seruyan kuala pembuang yang berdomisili tetap di daerah tersebut. Seiring dengan berjalanya waktu daerah tersebut berubah menjadi tempat wisata bagi masyarakat kuala pembuang, khususnya setiap hari raya baik harii raya idul fitri maupun idul adha tempat tersebut ramai di kunjungi para pengunjung yang ingin rekreasi.
Akhir-akhit ini dikatakan kalau pemakamannya Bito dipindahkan ketempat kelahirannya, katanya rohnya Bito sendiri yang meminta agar pemakamannya tersebut dipindahkan karena di merasa terganggu denganapa yang dilakukan oleh segelintir orang yang mengatasnamakan namanya tersebut untuk meminta bayaran kepada setiap para penjiarah atau pengunjung yang datang berkunjung ketempat pemakamannya tersebut.katanya juga rohnya Bito merasuk ke dalam diri salah seorang kerabat dekatnya yang bernama jail, ia meminta dengan segera agar pemakaman tersebut di bangkar dan dipindahkan dan akhirnya pamakaman Bito dipindahkan ketempat kelahirannya dekat dengan daerah pulau dia waktu kecil dulu.
Walaupun sekarang jarak antara kota kualau pembuang dengan daerah pulau tersebut tidak dapat di tempuh dengan kendaraan bermotor hanya dapat di tempuh menggunakan perahusaja, namun tempat itu tidak pernah sepi dari pengunjung.
Demikianlah cerita yang dapat saya ceritakan tentang asal usul pulau saruyan dan kuburan keramat.

Kutipan dari : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1531511&page=2




Bookmark and Share

No comments :

Post a Comment

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube