Oleh: Andriani S. Kusni
Dahulu kala, jauh sebelum manusia diciptakan dan diturunkan ke bumi, jauh sebelum alam semesta diciptakan, bertahtalah Sang Maha Pencipta. Ia adalah Sang Maha Pencipta yang memiliki segala sifat baik dan mulia. Ia memiliki nama-nama yang mencerminkan segala sifat baik dan mulia yang ada pada-NYA. Ia disebut Maha Tunggal, Maha Sempurna, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Jujur, Maha Lurus, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Suci, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Adil, Maha Kekal Abadi, Maha Pemurah, Maha Besar dan Maha Mendengar. Sang Maha Pencipta yang memiliki segala sifat Baik dan Mulia, Yang Maha Kuasa, Awal dan Akhir dari segala kejadian ini disebut Ranying Pohotara Raja Tuntung Matanandau Kanaruhan Tambing Kabanteran Bulan atau Ranying Hatalla.
Ranying Hatalla bertahta di tempat yang disebut Balai Bulau Napatah Intan Balai Intan Napatah Bulau di sebuah dataran tinggi yang disebut Bukit Bulau Kagantung Gandang Kereng Rabia Nunjang Hapalangka Langit. Dataran tinggi ini dikelilingi perairan yang disebut Tasik Malambung Bulau Laut Bapantang Hintan.
Ranying Hatalla memiliki banyak pembantu. Mereka diciptakan dari cahaya. Pembantu-pembantu Ranying Hatalla diciptakan jauh sebelum alam semesta dan manusia ada. Mereka adalah roh baik yang bertugas menyejahterakan dan menjaga keselamatan dan kemanan suku. Pembantu-pembantu Ranying Hatalla ini diistimewakan oleh Ranying Hatalla. Beberapa diantara mereka diberi kekuasaan untuk membebaskan dan mengikat.
Nama-nama roh baik yang membantu Ranying Hatalla menyelesaikan urusan keduniawian adalah Putir Selung Tamanang-penguasa padi dan beras, Raja Angking Langit-penguasa padi dan beras, Nyaru Menteng-penguasa perang, angin, petir, halilintar, api, dan menjaga keselamatan serta keamanan suku, Nayu-Penguasa perang, angin, petir, halilintar, api dan menjaga keselamatan serta keamanan suku bersama-sama dengan Nyaru Menteng, Pangantoha-penguasa perang, angin, petir, halilintar, api dan bersama-sama Nyarru Menteng juga Nayu bertugas menjaga keselamatan dan keamanan suku, Janjalung Tatu Riwut-penguasa mata angin dan bertugas mengendalikan semua arah mata angin, Gambala Rajan Tanggara-penguasa mata angin dan bersama-sama Janjalung Tatu Riwut bertugas mengendalikan semua arah mata angin, Raja Tuntung Tahaseng-bertugas mengatur usia atau nafas kehidupan manusia dengan wewenang dari Ranying Hatalla. Apabila ada manusia meminta umur panjang maka Raja Tuntung Tahaseng akan menjembatani komunikasi anata manusia dengan Ranying Hatalla. Lalu ada Tamanang Tarai Bulan yang bertugas merawat harta duniawi baik yang masih baru maupun yang sudah usang, Raja Sapanipas bertugas mengamati, memelihara, dan memperbaiki kehidupan manusia yang nasibnya kurang beruntung, dan Raja Mise Andau-pengendali waktu yang menghitung dan memperhatikan waktu siang dan malam bagi kehidupan manusia. Kemudian ada juga Raja Tunggal Sangumang yang bertugas membawa rejeki, iman dan kesempurnaan, Rawing Tempun Telung bertugas mengantar roh ke surga, Manteri Mama Luhing Bungai, Salutan Raja Nalawang Bulau bertugas memberi hikmah dan kebijaksanaan, Raja Sambang Maut yang berkuasa atas maut dan masih banyak lainnya.
Suatu waktu, berangkatlah Ranying Hatalla ke puncak Bukit Bulau Kagantung Gandang Kereng Rabia Nunjang Hapalangka Langit yang terletak di Batang Danum Mendeng Ngatimbang Langit, Guhung Tenjek Nyampalak Hawon. Dalam perjalanan menuju puncak dataran tinggi itu, Ranying Hatalla melihat satu wujud. Melihat wujud itu persis sama dengan diri-NYA, Ranying Hatalla pun bertanya,
“Wahai kau yang menyerupai wujud-Ku! Siapakah kau?”
Wujud serupa bayangan itu diam saja. Melihat wujud itu diam saja, Ranying Hatalla pun berkata,
“Karena kau tak menjawab-Ku maka kau kuberi nama. Namamu sekarang adalah Jata Balawang Bulau Kanaruhan Bapager Hintan*. Kau adalah penguasa alam bawah yang berada di Papan Malambung Bulau yang bertahta di Laut Bapantan Hintan.
Jata bertempat tinggal di alam bawah air. Untuk sampai ke tempat tinggal Jata, harus melewati sebelas penjaga yang masing-masing memiliki nama. Nama-nama penjaga itu adalah Tewang Lewun Bulau Bawin Lauk, Lewun Saluang Renten Tantahan, Mama Majarungkang Kiting, Balida Indu Tengkung Papan, Balantau Laut, Ranyinh Manjuhan, Tampahas Hagambus Kadai, Undang Indu Gagap Rangkang, Baung Manangking Karis, Bajuku Indu Metup-Merau, Bajai Katabelan Uluh Ponggok Pantar Penda Rasau Rohong.
Setelah melewati sebelas penjaga, barulah perjalanan dapat dilanjutkan dengan menembus tanah untuk mencapai alam bawah air. Selama perjalanan menembus tanah ini, ada 17 pintu yang harus dilewati agar bisa mencapai kediaman Jata. Ketujuhbelas pintu itu, mulai dari yang paling atas hingga pintu paling bawah bernama; Tumbang Ayuh Bulau, Lawang Sahep, Lawang Pating, Lawang Edan, Lawang Batang, Lawang Tunggul. Lawang Baner, Lawang Uhat, Lawang Baras, Lawang Karangan, Lawang Liang, Lawang Batu, Lawang tembaga, Lawang Salaka, Lawang Bulau, dan Lawang Hintan. Setelah melewati pintu terakhir maka tibalah di suatu daerah dimana dijumpai laut dan sungai. Dibawah laut dan sungai inilah, Jata memerintah atas kemurahan hati Ranying Hatalla yang memberinya kekuasaan.
Selepas memberi nama, Ranying Hatalla lalu mengajak Jata Balawang Bulau ke puncak dataran tinggi Bukit Bulau Kagantung Gandang Kereng Rabia Nunjang Hapalangka Langit. Di puncak dataran tinggi itu, disaksikan oleh Jata Balawang Bulau, Ranying Hatalla berfirman,
“Alangkah indahnya jika AKU menjadikan bumi, langit, bulan, bintang, matahari dan segala isinya. AKU akan membuat tiga alam dan isinya melalui delapan kali penciptaan untuk memenuhi keindahan yang KU inginkan. Ketiga alam itu adalah alam atas, bumi dan isinya serta alam bawah. Apakah kau setuju, wahai Jata Balawang Bulau?”
Jata Balawang Bulau mengangguk.
Ranying Hatalla lalu melepaskan Sarumpah Bulau* di suatu tempat. Seketika terdengar petir menggelegar. Kilat sambar-menyambar. Sarumpah Bulau lalu menjelma menjadi naga. Ciptaan pertama Ranying Hatalla telah terbentuk.
Setelah itu Ranying Hatalla melepaskan Lawung Singkap Antang. Membuka dan meletakkannya di atas badan Naga. Seketika terdengar lagi bunyi gemuruh. Petir menggelegar dan kilat sambar-menyambar. Lawung Singkap Antang tiba-tiba menjelma menjadi Petak Sintel Habalambang Tambun, Liang Deret Habangkalan Karangan. Ini adalah tanah bumi lengkap dengan laut, sungai, danau dan segala isinya juga tumbuh-tumbuhan yang hidup di tanah. Ciptaan kedua Ranying Hatalla terbentuk.
Untuk membuat ciptaan ketiga hingga kedelapan, Ranying Hatalla memutuskan untuk mengambil sifat-sifat baik dan mulia yang dimiliki-NYA sebagai bahan dasar ciptaan-NYA. Ranying Hatalla lalu mengambil Pandereh Buno yaitu sifat mulia-NYA yang maha lurus, maha jujur dan maha adil. Diiringi gemuruh halilintar, Pandereh Buno menjelma menjadi pohon besar yang sangat rimbun dengan buah-buahan ranum didahannya. Oleh Ranying Hatalla, pohon ini diberi nama Batang Garing atau pohon kehidupan. Tak seperti pohon-pohon lain yang sudah terbentuk sebelumnya pada kejadian penciptaan kedua, Batang Garing atau Pohon Kehidupan memiliki buah serta dedaunan yang terbuat dari emas, berlian dan segala jenis permata.
Setelah menciptakan Batang Garing atau Pohon Kehidupan, Ranying Hatalla lalu mengambil Peteng Liung Lingkar Tali Wanang. Ini adalah sifat kewibawaan yang Maha Besar dan Maha Agung Ranying Hatalla. Ketika Ranying Hatalla mengambil Peteng Liung Lingkar tali Wanang, terdengarlah gemuruh halilintar yang memekakkan telinga. Peteng Liung Lingkar Tali Wanang lalu menjelma menjadi Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu. Ini adalah Kekuasaan yang Maha Kuat dari Segala Penjuru Kebesaran Ranying Hatalla.
Selepas penciptaan keempat. Ranying Hatalla berkata pada Jata,
“AKU ingin mengajakmu makan buah pinang yang telah kuciptakan di penciptaan kedua. AKU ingin memperlihatkan padamu sifat-sifat-KU yang lain agar dapat menjadi contoh bagimu.”
Ranying Hatalla lalu mengajak Jata Balawang Bulau makan buah pinang hasil ciptaan-NYA yang diciptakan di kejadian kedua. Ranying Hatalla ingin menunjukkan sifat-sifat-NYA yang Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Adil dan Bijaksana, dan Maha Indah pada Jata. Saat sedang makan, menggelegarlah petir. Buah-buah pinang yang dimakan berubah menjadi tiga burung yakni enggang betina, elang dan enggang jantan.
Ranying Hatalla telah menciptakan naga, bumi dan isinya, batang garing, kekuasaan, enggang betina, elang dan enggang jantan. Namun belum ada langit, bulan, bintang dan matahari. Juga belum ada gelap dan terang. Maka, disertai gemuruh halilintar yang sambar-menyambar, diciptakanlah langit, bulan, bintang dan matahari. Langit dibuat tujuh tingkat. Masing-masing tingkat memiliki penjaga. Ditentukan oleh Ranying Hatalla bahwa langit ketujuh adalah puncak langit. Tidak ada langit yang lebih tinggi daripada langit ketujuh. Dilangit ketujuh inilah Ranying Hatalla bertahta dengan segala kuasa-NYA.
Setelah langit selesai diciptakan, Ranying Hatalla menginginkan hiasan yang indah bagi langit. Selain indah, Ranying Hatalla ingin agar hiasan langit itu juga berguna bagi manusia nanti. Maka Ranying Hatalla menciptakan bintang. Bintang-bintang ini akan membantu manusia saat bekerja di ladang dan saat manusia melakukan perjalanan dengan menjadi penunjuk arah.
Lalu Ranying Hatalla menentukan gelap dan terang. Maka diciptakanlah matahari dan bulan.Terang disebut siang saat matahari muncul. Gelap adalah malam saat bulan nampak.
Alam semesta telah lengkap. Setelah semua selesai diciptakan, Ranying Hatalla berkata pada segala ciptaan-NYA,
“Wahai naga, bumi, air, langit, bulan, bintang, matahari, enggang dan elang, AKU perintahkan kalian menempati tempat kalian masing-masing. AKU adalah Ranying Hatalla, Pencipta, penguasa dan Pemilik kalian. AKU adalah Raja dan Tuhan kalian. AKU adalah Yang Maha Kuasa, Awal dan Akhir segala kejadian, dan cahaya kemuliaan-KU yang terang, bersih dan suci, adalah cahaya kehidupan yang kekal abadi dan AKU sebut ia Hintan Kaharingan.”
Naga, bumi dan isinya, langit, bulan, bintang, matahari, enggang dan elang menundukkan kepala lalu bersujud di hadapan Ranying Hatalla dan menyatakan ikrar dan sumpah kesetiaan mereka. Selepas mengucapkan ikrar dan sumpah, pergilah masing-masing ke tempat yang telah ditentukan Ranying Hatalla.
Sekarang Ranying Hatalla ingin melengkapi ketujuh penciptaan-NYA dengan penciptaan kedelapan. Ranying Hatalla ingin menciptakan manusia, penghuni alam semesta. Namun sebelum menciptakan manusia, Ranying Hatalla ingin menciptakan tujuh raja yang akan menjadi sahabat dan membantu-NYA membawa ajaran Ranying Hatalla kepada manusia.
Maka, Ranying Hatalla mengambil dua sifat lagi dari diri-NYA. Kedua sifat itu adalah Kemuliaan-NYA yang Maha Suci dan Keagungan-NYA yang Maha Mulia. Ranying Hatalla lalu menyatukan kedua sifat tersebut hingga terbentuklah Bukit Intan dan Bukit Emas. Masing-masing bukit memiliki cahaya terang yang berpendar lembut dan hangat. Akibat benturan cahaya Bukit Intan yang menyatu dengan sinar Bukit Emas maka lahirlah tujuh raja yang diinginkan Ranying Hatalla. Ketujuh raja ini masing-masing diberi nama. Mereka adalah Raja Mandurut Untung, Raja Mandurut Bulau, Raja Barakat, Raja Angking Penyang, Raja Garing hatungku, Raja Panimbang Darah, dan Raja Tamanang.
Setelah ketujuh raja diciptakan, Ranying Hatalla lalu menyatukan Bukit Intan dan Bukit Emas. Penyatuan kedua bukit ini kelak akan menjadi cikal bakal diciptakannya manusia.***
Kisah ini disadur dari kisah proses penciptaan menurut kepercayaan Kaharingan versi Daerah Katingan dan digabungkan dengan versi Daerah KahayanIsen Mulang Petehku