BREAKING

Wednesday, November 4, 2009

PULANG PALIH DAN DARA HITAM

Dara Hitam seorang anak tungal Patih Gumantar, Patih Gumantar seorang yang sangat berpengaruh di zamannya. Ia hidup mewah dan jaya. Karena jayanya banyak kerajaan kecil tetangga ingin merebutnya. Zaman itu masih perang kayau-mengayau. Kerajaan MIAJU nekat menyerangnya. Datanglah dengan kekuatan yang lebih besar, yang benar-benar telah mengalahkan kerajaan Patih Gumantar. Tengkorak kepala Patih Gumantar, telah terkayau oleh Miaji dan dibawa serta kekerajaannya. Tengkorak hasil kayauan adalah satu kasiat penting dalam hidup bertani dan lain-lain bagi suku Daya. Maka hilanglah segala kasiat dan kemujuran hidup seluruh sukunya. Tengkorak Patih Gumantar telah disimpan dalam Tajo Tarus raja Biayu. Dijaga ketat, jangan sampai hilang.

Dara Hitam makin besar dan telah menjadi seorang “BALIAN”, seorang dukun yang disenangi oleh rakyatnya. Ramuan kayu-kayuan dan akar-akar kayu hutanlah yang menjadi obatnya. Hingga sekarang ini campuran kimiahnya masih berlaku untuk suku Daya sekampung. Dara Hitam sering diundang orang berdukun berkeliling kampung. Ia terundang ke kampung tetangganya didekat Sungai Tenganap, daerah Tembawang Selipat kampungnya. Pendukunannya sering berlangsung berminggu-minggu, menurut adat. Masa pendukunannya, selalu ia pergi turun mandi ke sungai Tenganap yang mengalir melewati perumahan raja Pulang Palih. Sedang Dara Hitam mandi, tercabutlah sehelai rambut panjang, panjang sekali sehingga memenuhi sebuah bokor kuningan ringan hanyut. Benar-benar telah hanyut terbawa air melewati pengawal raja Pulang Palih yang sedang mandi pula. Bokor ini telah menarik perhatiannya dan dicapainya. Mereka melihat rambut penuh dalamnya. Merreka coba menariknya hemat. Seorang menariknya heran. Rambut ini tak pernah aada habisnya. Sangat panjang. Hal ini dikabarkan pada raja. Rajapun menjadi heran tercengang dan ingin mencari orang yang memilikinya. Mereka berunding. Jalan apakah dan dimanakah pemilik rambut ini berada. Mereka berkesimpulan, tentu sipemilik rambut sepanjang ini berada di hulu sungai. Baiklah sungai ini kita susuri. Mudah-mudahan bertemu dengan orangnya. Berangkatlah menumpang sampan bersama-sama raja. Berkayuhlah sambil membayangkan seorang gadis cantik yang memilikinya. Jauh sudah mereka berkayuh, terpandanglah sebuah rumah berhias rapih, tanda sedang berdukun menurut adat suku Daya. Anak buah raja coba bertanya, kalau-kalau ada yang berambut panjang di dalam kampung ini. Kebetulan ada seorang anak yang datang menimba air. Ia telah menyampaikan keterangan yang jelas. Disini ada seseorang yang memilikinya. Sayang ia sedang berdukun. Info ini telah dimanfaatkan oleh raja Pulang Palih. Ia berpura-pura sakit dalam sampan. Minta pertolongan segera dalam sampan saja. Anak buahnya pergi mengundang Dara Hitam untuk meminta pertolongan. Kendati ini hanya siasat untuk merenggut Dara Hitam. Sifat Dara Hitam yang suka menolong, tanpa berpikir telah mengiakan permintaan yang nampak serius itu. Ia pergi dengan segala ramuannya. Sedang ia melangkah masuk sampan, anak buah raja Pulang Palih memutuskan tali sampan dan berkayuh sekuat tenaga. Sampan bagaikan peluru ditembakkan, menyebabkan Dara Hitam menyerah kepada kemauan raja Pulang Palih.

Dara Hitam telah masuk perangkap raja Pulang palih. Dara hitam terbenamlah ke alam khayal. Meninggalkan daerah Tembawang Selipat, menuju daerah Tembawang Ambator. Sekali Dara Hitam sadar, ia telah berada dalam perangkap penipuan Pulang Palih. Raja Pulang Palih adalah keturunan raja Jawa di Banten. Perahu meluncur kencang, tak tertahan oleh seorang juapun. Sebentar saja sudah sampai ke sungai Sepatah, daerah Tembawang Ambator Anggarat. Dara Hitaam disambut meriah oleh seluruh isteri raja Pulang Palih.

Raja Pulang Palih mulai merayu Dara Hitam. Segala latar belakang hidup Dara Hitam ditanyakan manis. Kemudian melahirkan maksud, untuk mengawininya. Dengan perasaan halus tersembunyi dalam kalbu, Dara Hitam tidak mau menolak secara kasar. Dara Hitam memberikan tantangan. “Kalau kiranya raja sanggup mengembalikan tenggorak kepala bapak saya, bolehlah raja mengawini saya”. Hanya satu alasan menolak maksud raja, karena benaknya selalu membayangkan Riya Sinir the first lovenya. Riya Sinir yang selalu menjadi kenangan setiap masa.

Raja mengajak dan memaksanya kawin. Paksaan yang sukar ditolak. Dara Hitam selalu mengajukan, sebagai bukti stah perkawinan, harus tengkorak kepala bapak saya musti diambil. Suatu tantangan berat bagi raja. Karena terus dituntut Dara Hitam, terpaksa raja berusaha, berikhtiar mendapatkannya. Rakyat mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk meminta pendapat. Mereka berunding dengan kesimpulan harus membuat satu jong yang dapat bermuatan perlengkapan perang. Mereka telah mengetahui, bahwa kepala ini tentu disimpan dan dijaga ketat. Untuk mendapatkannya haris mengadakan perlawanan yang sengit. Raja memerintahkan mencari kayu yang paling baik untuk jong. Rakyat memilih kayu merbau. Kayu ini oleh orang lain menyebutnya kayu melabo. Pergilah mereka mencarinya dan telah diketemukan di tepi sungai Sepatat. (tunggul kayu bekasnya masih sempat saya saksikan).

Zaman batu masih menguasai mereka. Segala alat terbuatdari batu, menuju pokok kayu merbau. Dengan susah payah mereka menebangnya, tak berhasil. Cara menggunakannya masih sukar sekali. Mereka mengikatkan kampak batu dengan tali rotan kesebilah kayu gagangnya. Kayu ini ditebang, hampir setengah terpotong, malampun menudungi bumi, menghalangi mereka menyelesaikannya. Pulanglah mereka. Pagi-pagi besok harinya mereka datang lagi untuk meneruskan menebangnya. Dari kejauhan, nampak jelas kayu itu telah bertaut kembali. Tapi mereka tak berputus asa untuk menebangnya kembali, walaupun mereka telah merasa heran dengan kejadian itu. Kayu ditebang lagi. Setelah sore hari, ternyata kayu itu tertebang setengah bagian seperti kemarin. Mereka meninggalkannya. Besoknya mereka kembali dan melihat, suatu keadaan yang sama seperti kemarin. Mereka manjadi kecewa.

No comments :

Post a Comment

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube