BREAKING

Sunday, November 1, 2009

Tujuan Upacara Adat Naik Dango

Tujuan Upacara Adat Naik Dango adalah mengadakan pesta selamatan atas karunia yang diberikan oleh Jubata. Upacara Adat Naik Dango merupakan ungkapan syukur atas keamanan, kesehatan dan hasil panen padi yang melimpah, selain berusaha mencari terobosan baru sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian pangan.1

Berbagai tahapan dalam Upacara Adat Naik Dango, yaitu pertama: sebelum hari pelaksanaan (hari H) terlebih dahulu diadakan pelantunan mantra (nyangahathn), yang disebut “Matik”. Tujuannya ialah memberitahukan dan memohon restu kepada Jubata bahwa besok akan diadakan pesta Adat. Kedua: pada hari H, dilaksanakan tiga kali nyangahathn, pertama nyangahathn di “Sami” (ruang tamu), yaitu memanggil jiwa atau semangat padi yang belum kembali agar datang atau pulang kembali ke rumah adat. Kedua nyangahathn di “Baluh atau Langko” (di lumbung padi) tujuannya yaitu untuk mengumpulkan semangat padi di tempatnya yaitu di lumbung padi. Ketiga nyangahathn di pandarengan (sejenis tempanya tempat menyimpan beras) tujuannya yaitu berdoa untuk memberkati beras agar dapat bertahan dan tidak cepat habis.

Nyangahathn juga dapat disebut sebagai tata cara utama ekspresi religi suku Dayak. Nyangahathn menjadi bagian pokok dalam setiap bentuk upacara, dengan urutan tahapan yang baku, kecuali bahan, jumblah roh-roh, para Jubata yang diundang. Dari segi tahapan nyangahathn terbagi menjadi empat tahapan yakni Matik, Ngalantekatn, Mibis, dan Ngadap Buis.

1. Matik.

Matik bertujuan untuk memberitahukan hajat keluarga kepada “awa pama” (roh leluhur), yaitu mengundang mereka yang sudah meninggal di mana arwah mereka masih bergentayangan di sekitar pemukiman mereka, agar mereka datang untuk menyaksikan Adat Naik Dango.

2. Ngalantekatn

Ngalantekatn bertujuan untuk memohon agar semua anggota keluarga yang terlibat dalam Upacara Adat Naik Dango ini selamat dan tidak terjadi malapetaka yang menimpa mereka. Karena biasanya upacara Adat ini memakan koraban jiwa (tumbal).

3. Mibis

Mibis bertujuan agar segala dosa atau kotoran dilunturkan, dilarutkan, dan diterbangkan dari keluarga dan dikuburkan sebagaimana matahari terbenam kearah barat. Atau sejauh timur dari barat demikian jubata akan membuang dosa-dosa mereka.

4. Ngadap Buis

Ngadap Buis adalah tahapan penerimaan sesajian dari manusia kepada awa pama dan jubata, dengan tujuan ungkapan syukur dan memperoleh berkat atau pengudusan terhadap segala hal yang kurang berkenan, termasuk pemanggilan jiwa orang mati agar tenang dan tentram.

Dilihat dari kodisi bahan yang digunakan, tahap pertama sampai ketiga disebut “ Nyangahathn Manta” yakni nyangahathn dengan bahan-bahan yang belum masak(mentah), sedangkan ngadap buis disebut “Nyangahathn Masak” yakni nyangahathn dengan bahan-bahan yang sudah masak. Sebenarnya ada nyangahathn dalam bentuk sederhana, yakni doa pendek dengan sesajian sederhana: nasi, garam dan sirih yang sudah masak (kapur, sirih, gambir, tembakau, dan rokok dari daun nipah) nyangahathn sederhana ini disebut “ Babamang”.2

1 Surat Kabar Harian , Akcaya. Pontianak, 29 April 1994.

2 Ivo Herman, Gawai Dayak dan Fanatisme Rumah Panjang Sebagai Penelusuran Identitas, Pontianak: UNTAN (2001). Hlm. 293.

1 comment :

  1. ijin kutip tulisan bang untuk tugas makalah saya.. trima kasih

    ReplyDelete

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube