BREAKING

Wednesday, July 6, 2011

Kreasi Tradisi Jangan Dilupakan

Oleh : Jajay Wahyono
Foto bersama seorang Demang (kepala desa sekaligus kepala adat Dayak sub suku Dayak Ngaju) dari desa Dawak, Kotawaringin Lama, Kalimantan Tengah.

Kotawaringin Lama? Harap dibedakan antara Kotawaringin Lama dengan nama Kotawaringin Barat atau (apalagi) dengan nama Kotawaringin Timur. Masing-masing nama itu menunjuk tiga tempat yang berbeda.

Eeeiiittt…! Masih ada satu lagi: nama Kotawaringin Darat. Darat?

Arti kata [darat] menunjuk tempat yang jauh dari sungai atau laut. Dapatkan penjelasannya tentang hal ini dan ‘kota darat’ ini menunjukkan pada suatu tempat dan apa nama tempat itu? Temukan jawabannya pada bagian akhir dari tulisan ini .

Untuk mencapai Kotawaringin Lama (Kalimantan Tengah) membutuhkan 3 jam perjalanan jalur sungai dengan menyewa speed boat ditambah 1 jam lewat jalan darat. Atau kalau mau jalan santai perjalanan dengan kapal perahu sejenis ’kano’ yang didorong mesin diesel kecil atau yang di Kalimantan Selatan perahu tersebut disebut jukung. Dengan ’jukung’ atau ’alkon’ – nama orang Kalteng menyebutnya – ini akan membutuhkan waktu 8 jam dengan mengambil titik start dari kota Pangkalan Bun yang terletak sekitar bandara Iskandar Pangkalan Bun, Kalteng.

Ketika saya selelsai mengunjungi paman Demang A murat ini, saya diberi kenang-kenangan sebuah senjata khas desa Dawak yang berupa ’mandaunya’ orang Dayak Ngaju. Jenis dan bentuknya tidaklah sama seperti lazimnya senjata mandau yang kita kenal selama ini.

Setelah saya teliti dan saya simak cerita ’bahari’ (bahari = lama : bahasa Banjar - red) suku Dayak Ngaju khususnya yang tinggal dan mendiami desa Dawak itu memiliki keterikatan yang kuat dengan kerajaan Majapahit di Jawa sejak abad 13. Hal ini dikuatkan cerita turun temurun dari nenek moyang mereka di mana mereka pada jaman dahulu kala mereka setiap tahunnya pada masa itu para ketua adat lama berkunjung ke Majapahit untuk menyerahkan upeti dan atau menjalinan kekeluargaan atau unuk keperluan lainnya.

Senjata mandau khas Dayak Ngaju desa Dawak ini terdapat perbedaan bentuk fisiknya yaitu terdapat pada bentuk ’gagang senjata’ yang lebih dan menyerupai gagang senjata jenis golok yang terdapat menyebar seluruh pulau Jawa. Selebihnya semua bagian dari sebuah mandau itu adalah sama.

Warga Dayak suku Ngaju desa Dawak ini pada mulanya bukanlah warga Dayak yang terbiasa dengan menggunakan senjata mandau sebagai senjata keseharian mereka. Senjata mandau itu bukanlah senjata asli orang Dawak tetapi hasil pengaruh dari suku Dayak lainnya yang terdapat disekitar lingkup mereka. Mandau lebih khusus lagi, lebih dipengaruhi oleh suku-suku Dayak yang datang dari daerah Lamandau lewat jalur pedagangan atau perkawinan.

Saya masih mencari tahu, apakah nama Lamandau itu adalah tempat di mana pertama kali senjata mandau itu dikenal? Mengingat secara etimologis nama Lamandau - mungkin terbentuk secara etimologis dari kata [mandau].

Jika hal ini diselidiki pasti kita akan diperoleh gambaran berbeda dengan cara pandang terhadap sejarah perkembangan senjata mandau selama ini.

Siapa yang berminat meneliti?

Perlu diketahui, senjata asli orang Dayak Ngaju desa Dawak adalah sumpit.

Senjata ini pulalah yang dipakai ketika terjadi perang suku atau ketika perang melawan penjajahan Belanda di mana suku Ngaju desa Dawak terkenal heroik mengusir penjajah. Peristiwa ini bisa kita lihat di relief salah satu land mark kabupaten Kotawaringin Barat di simpang lima di daerah sekitar Pangkalan Lada, Kalteng.

(Lihat gagang senjata golok dari Dawak yngg diberikan kepada saya, gagangnya sama sekali tidak mirip dengan gagang mandau yang selama ini kita kenal khan?

Sekali lagi, siapa yang bersedia bikin penelitian sejarah tentang missing link ini? Bukankah di Kotawaringin Lama ini terdapat peninggal Kraton Kotaringin Lama (penulisan gaya tempoe doeloe untuk Kotawaringin Lama) yang berdiri sejak abad 14 atau ketika di Jawa sejaman kerajaan Demak Bintoro? Bukankah sejarah lebih jelas lagi dengan adanya makam Ki Gede yang merupakan penduduk pendatang dari Jawa yang menyebarkan Islam di sana? Ini pasti menarik minat bagi yang menekuni cerita dan sejarah peradaban Nusantara.

Perlu diketahu pula bahwa bapak Demang A. Murat ini adalah anak langsung dari Demang Silam yang namanya diabadikan sebagai sebauh jalan desa di desa Dawak. Jadi selagi beliau Demang A. Murat masih sehat dan bisa membantu kita semua untuk bisa merekonstruksi ulang sejarah masa lalu maka sebaiknya segera diadakan penelitian.

Satu lagi informasi bahwa desa Dawak juga biasa disebut sebagai Kotawaringin Darat karena letaknya di daratan atau jauh dari sungai besar atau 1 jam perjalanan darat (sekarang) off road. Bandingkan dengan Kotawaringin Lama yang terletak dijalur transportasi air yaitu sungai.

Sumonggo… silahkan..!

sumber : http://www.facebook.com/photo.php?pid=318117&id=1468758503

No comments :

Post a Comment

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube