BREAKING

Friday, May 14, 2010

Alasan Ngayau dan Filosofinya

Ngayau, sebagaimana juga mangkok merah, tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus melalui mufakat. Harus ada alas an kuat dan masuk akal untuk ngayau. Dari penuturan dan kesaksian para tokoh dan pelaku ngayau yang masih hidup hingga saat ini, dapat disimpulkan terdapat empat alasan mengapa orang Dayak ngayau.

Sebenarnya, masih ada motif lain di balik ngayau –dan ini jauh lebih penting— yakni upaya mempertahankan diri. Boleh dikatakan, motof mempertrahankan diri ini jauh lebih sering mengemuka daripada motif-motif lain.

Majang Desa: Ngayau Terakhir?
Boleh jadi, antara tahun 1941-1943 merupakan pengayauan terbesar dalam sejarah etnis Dayak Jangkang khususnya dan Dayak yang masuk ke dalam administratif swapraja dan neo swapraja pada umumnya.

Maklumat ngayau oleh panglima-panglima perang Dayak, sebenarnya dipicu oleh ulah saudara tua, Jepang, yang ingin menguasai wilayah Kalimantan Barat secara paksa.

Dalam upaya mendirikan Negeri Timur Jauh, Jepang memandang Pulau Borneo sangat strategis dari sisi letaknya sehingga menjadi incaran serius. Betapa tidak, Borneo merupakan gugusan yang sambung-menyambung dari utara ke selatan, yakni kepulauan Jepang, Formosa, Borneo, dan Celebes. Dalam Perang Asia Timur Raya, ada kecenderungan Negeri Matahari Terbit hendak menyatukan gugusan pulau-pulau tersebut menjadi sebuah wilayah kekuasaannya.

Kota-kota di sepanjang pantai Laut Cina Selatan seperti Sambas, Pemangkat, Singkawang, Mempawah, Sei Pinyuh hingga Pontianak amat strategis dan menguntungkan bagi Jepang sebagai benteng pertahanan dalam perang Asia Timur Raya. Pada masa pendudukannya, Jepang telah membentuk pemerintahan di Borneo Barat dengan membentuk tiga karesidenan dengan menambah wilayah baru, Kalimantan Timur dengan Samarinda sebagai ibu kotanya.

Borneo Barat pada waktu pendudukan Jepang di bawah pemerintahan Angkatan Laut (Kaigun) yang diberi nama Borneo Minseibu Cokan yang berpusat di kota Banjarmasin.Yang menguasai Jawa adalah Angkatan Darat (Rikugun) Jepang. Meski berbeda angkatan yang menguasai, toh tampuk kekuasaan berada dalam satu tangan yang lebih tinggi lagi, yakni Saiko Shikikan. Borneo Barat masih tetap berstatus Minseibu Syuu yang dikuasai Syuu Tizi. Nantinya, pemerintahan bentukan Jepang ini berakhir tatkala pada tahun 1945 digeser oleh pemerintahan bentukan Belanda, Nica.

Untuk melancarkan usahanya menduduki dan menguasai Borneo Barat, Jepang telah mendaratkan sejumlah warganya jauh-jauh dari sebelumnya. Seperti yang dilakukan Belanda dengan pembentukan VOC, demikianlah Jepang pun membuka perusahaan-perusahaan dagang di Borneo Barat.

Fukuyama yang dikenal dengan Fuku Company masuk jalur perdagangan perkayuan dan perkeretaan. Nakahara Fuji Company fokus pada perdagangan kelonong dan barang pecah belah. Nomur Trading Co bergerak dalam usaha onderneming karet dan perusahaanbesar. Honda adalah perusahaan yang menguasai toko potret dan usaha potret memotret. Sementara Sumitomo Kabushiki Kaisyo adalah perusahaan yang menguasai sawmill di Borneo Barat dan daerah lain.

sumber : www.masri-sareb.blogspot.com
foto: www.kayaubaru.blogspot.com

No comments :

Post a Comment

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube