Oleh : Manli Dijat Apil, SH
Lihat Profil Penulis
KEGIATAN LALUHAN
Ada berapa jenis Laluhan yaitu:
1. Laluhan ada pada upacara Tiwah.
Laluhan ritual yang biasanya dilaksanakan pada saat upacara tiwah yaitu upacara kegiatan pengambilan tulang belulang seseorang yang sudah meninggal dunia
diambil dari lewu liau atau liang lahat dimasuk kembali kelewu tatau yang disebut sandung tempat tulang belulang yang berkaitan dengan kematian yang beragama Kaharingan / Agama Helu.
Laluhan berasal dari kata Laluh yang artinya pemberian ini diantar dengan menggunakan rakit atau angkutan air lainnya. Pemberian dimaksud merupakan ungkapan rasa kebersamaan atau gotong royong untuk mengurangi beban keluarga yang menyelenggarakan upacara tiwah dan dibayar pada saat pemberian menyelenggarakan Ritual Tiwah tersebut.
2. Laluhan pada upacara penyambutan kemenangan, pada waktu pulang dalam kemenangan berperang melawan musuh.
3. Laluhan sebagai tradisi suku Dayak menyambut kemenangan melawan beribu-ribu malam penyakit yang menimpa masyarakat kampung dan kota.
Pelaksanaan seni budaya dan suatu tradisi Dayak merupakan aset budaya daerah, dengan ditonton oleh seluruh masyarakat biasa menggunakan Kapal pery dan kelotok, kapal tersebut dihiasi berbagai macam tanaman yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, hal ini menandakan kesejahtraan bagi masyarakat disektor Pertanian, perkebunan, dll.
Seperti yang diadakan di Kabupaten Kapuas setiap tahun yang baru-baru ini dilaksanakan tanggal 4 mei 2004. Merupakan suatu tradisi budaya Dayak Kapuas khususnya, dan sebagai Donatur Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas karena pengembangan budaya laluhan pada tiap tahun dilaksanakan, maka bisa kita artikan termasuk dalam seni dan budaya Dayak khususnya, ini sangat perlu sekali dikembangkan demi untuk peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dalam sektor Pariwisata didalam maupuan diluar Negeri dan patut untuk dilestarikan sepanjang massa.
Pada acara kegiatan Laluhan tampak Mantan Bupati Kapuas ( Ir. H. BURHANUDIN ALI ) memeriahkan suatu tradisi Dayak / Budaya Laluhan, dengan memegang batang suli yang khusus dipergunakan untuk kegiatan laluhan dan disinilah kedua belah pihak saling melempar dengan tombak suli , sebagian ada di kapal peri dan sebagian di pelabuhan Rujab.
Mereka yang ada didalam kapal peri adalah ; Bapak-Bapak Pejabat tamu, yang diundang oleh Bupati Kapuas terdiri dari, Bupati Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Bupati Kabupaten Pemekaran. Dan yang berada di pelabuhan Rujab ialah Bapak Bupati Kapuas beserta unsur-unsur Muspida dan masyarakat Dayak Kapuas, untuk diketahui bahwa kapal peri tersebut dihiasi dengan bermacam-macam buah-buahan, pohon kelapa, pisang dan lain-lain, hal ini menandakan kesejahteraan masyarakat Dayak Kapuas, khususnya di bidang hasil Perkebunan dan Pertanian.
Acara Kegiatan Laluhan
Tata Cara pelaksanaan kegiatan Laluhan oleh Para Sesupuh Dayak/Tokoh Masyarakat Dayak Kapuas yang merupakan suatu tradisi Budaya harus dilaksanakan oleh Masyarakat Dayak Kapuas khususnya, oleh Sesupuh Dayak dengan menggunakan sebatang Dohuk/ Tumbak , kapal peri tersebut di dorong ke arah laut beserta mengucapkan ; dengan berbahasa Kapuas,”Tuh gianku ikau mikeh tege je leket manarantang hung kapal peri je mimbit Bapak-Bapak Tamu Pejabat Daerah beken , kare rutas Dahiang baya Sampar Saribu Sasabutan Bitie”, yang artinya ; ku dorung kapal peri ini yang membawa Bapak tamu daerah Kota lain kearah laut, jika ada sial segala macam beribu-ribu macam penyakit yang menyertai Bapak-Bapak Tamu Pejabat tadi akan ditenggelamkan didalam laut. Hal ini merupakan suatu keyakinan Masyarakat Dayak.
Pelaksanaan kegiatan di mulai kapal Peri tersebut, dengan 3x putaran di sungai dan yang ke 3x-nya baru bisa melemparkan tombak kayu suli, yang masing-masing sudah di sediakan. Pada putaran ke 4x kapal peri tersebut bisa berlabuh di pelabuhan Rujab dan makna dari lempar-lemparan tombak kayu suli yang diartikan dari bahasa Kapuas tersebut diatas adalah,”memerangi segala rintangan dan beribu-ribu macam penyakit hawa nafsu dari manusia, akan di buang ke laut dan tidak akan mengganggu lagi, khususnya dari Kota Kabupaten Kapuas, bisa di kalahkan oleh masyarakat Dayak dengan melalui cara laluhan.
Dengan hakikatnya para tamu/Bapak Pejabat tadi membawa segala rejeki, keberuntungan bagi masyarakat Dayak khususnya Kota Kabupaten Kapuas umumnya.
Original source : www.utusdayakngajuberbagi.blogspot.com
Lihat Profil Penulis
KEGIATAN LALUHAN
Ada berapa jenis Laluhan yaitu:
1. Laluhan ada pada upacara Tiwah.
Laluhan ritual yang biasanya dilaksanakan pada saat upacara tiwah yaitu upacara kegiatan pengambilan tulang belulang seseorang yang sudah meninggal dunia
diambil dari lewu liau atau liang lahat dimasuk kembali kelewu tatau yang disebut sandung tempat tulang belulang yang berkaitan dengan kematian yang beragama Kaharingan / Agama Helu.
Laluhan berasal dari kata Laluh yang artinya pemberian ini diantar dengan menggunakan rakit atau angkutan air lainnya. Pemberian dimaksud merupakan ungkapan rasa kebersamaan atau gotong royong untuk mengurangi beban keluarga yang menyelenggarakan upacara tiwah dan dibayar pada saat pemberian menyelenggarakan Ritual Tiwah tersebut.
2. Laluhan pada upacara penyambutan kemenangan, pada waktu pulang dalam kemenangan berperang melawan musuh.
3. Laluhan sebagai tradisi suku Dayak menyambut kemenangan melawan beribu-ribu malam penyakit yang menimpa masyarakat kampung dan kota.
Pelaksanaan seni budaya dan suatu tradisi Dayak merupakan aset budaya daerah, dengan ditonton oleh seluruh masyarakat biasa menggunakan Kapal pery dan kelotok, kapal tersebut dihiasi berbagai macam tanaman yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, hal ini menandakan kesejahtraan bagi masyarakat disektor Pertanian, perkebunan, dll.
Seperti yang diadakan di Kabupaten Kapuas setiap tahun yang baru-baru ini dilaksanakan tanggal 4 mei 2004. Merupakan suatu tradisi budaya Dayak Kapuas khususnya, dan sebagai Donatur Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas karena pengembangan budaya laluhan pada tiap tahun dilaksanakan, maka bisa kita artikan termasuk dalam seni dan budaya Dayak khususnya, ini sangat perlu sekali dikembangkan demi untuk peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dalam sektor Pariwisata didalam maupuan diluar Negeri dan patut untuk dilestarikan sepanjang massa.
Pada acara kegiatan Laluhan tampak Mantan Bupati Kapuas ( Ir. H. BURHANUDIN ALI ) memeriahkan suatu tradisi Dayak / Budaya Laluhan, dengan memegang batang suli yang khusus dipergunakan untuk kegiatan laluhan dan disinilah kedua belah pihak saling melempar dengan tombak suli , sebagian ada di kapal peri dan sebagian di pelabuhan Rujab.
Mereka yang ada didalam kapal peri adalah ; Bapak-Bapak Pejabat tamu, yang diundang oleh Bupati Kapuas terdiri dari, Bupati Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Bupati Kabupaten Pemekaran. Dan yang berada di pelabuhan Rujab ialah Bapak Bupati Kapuas beserta unsur-unsur Muspida dan masyarakat Dayak Kapuas, untuk diketahui bahwa kapal peri tersebut dihiasi dengan bermacam-macam buah-buahan, pohon kelapa, pisang dan lain-lain, hal ini menandakan kesejahteraan masyarakat Dayak Kapuas, khususnya di bidang hasil Perkebunan dan Pertanian.
Acara Kegiatan Laluhan
Tata Cara pelaksanaan kegiatan Laluhan oleh Para Sesupuh Dayak/Tokoh Masyarakat Dayak Kapuas yang merupakan suatu tradisi Budaya harus dilaksanakan oleh Masyarakat Dayak Kapuas khususnya, oleh Sesupuh Dayak dengan menggunakan sebatang Dohuk/ Tumbak , kapal peri tersebut di dorong ke arah laut beserta mengucapkan ; dengan berbahasa Kapuas,”Tuh gianku ikau mikeh tege je leket manarantang hung kapal peri je mimbit Bapak-Bapak Tamu Pejabat Daerah beken , kare rutas Dahiang baya Sampar Saribu Sasabutan Bitie”, yang artinya ; ku dorung kapal peri ini yang membawa Bapak tamu daerah Kota lain kearah laut, jika ada sial segala macam beribu-ribu macam penyakit yang menyertai Bapak-Bapak Tamu Pejabat tadi akan ditenggelamkan didalam laut. Hal ini merupakan suatu keyakinan Masyarakat Dayak.
Pelaksanaan kegiatan di mulai kapal Peri tersebut, dengan 3x putaran di sungai dan yang ke 3x-nya baru bisa melemparkan tombak kayu suli, yang masing-masing sudah di sediakan. Pada putaran ke 4x kapal peri tersebut bisa berlabuh di pelabuhan Rujab dan makna dari lempar-lemparan tombak kayu suli yang diartikan dari bahasa Kapuas tersebut diatas adalah,”memerangi segala rintangan dan beribu-ribu macam penyakit hawa nafsu dari manusia, akan di buang ke laut dan tidak akan mengganggu lagi, khususnya dari Kota Kabupaten Kapuas, bisa di kalahkan oleh masyarakat Dayak dengan melalui cara laluhan.
Dengan hakikatnya para tamu/Bapak Pejabat tadi membawa segala rejeki, keberuntungan bagi masyarakat Dayak khususnya Kota Kabupaten Kapuas umumnya.
Original source : www.utusdayakngajuberbagi.blogspot.com
No comments :
Post a Comment