BREAKING

Sunday, August 1, 2010

Karya sastra putra Dayak yang pertamakali di publikasikan secara resmi oleh penerbit Nasional.

Sebagai salah seorang putra daerah Kalimantan Tengah, dalam pengalaman saya belum pernah ada karya seni sastra putra Dayak Kalimantan Tengah yang telah di publikasikan secara resmi oleh penerbit terkemuka bertaraf Nasional. Kemudian resensi buku tersebut telah di terbitkan oleh Koran terkemuka Bali Post. Sebagaimana kita ketahui pulau Bali adalah pulau wisata Internasional yang telah diakui dan menjadi tujuan no.1 wisatawan dunia, dengan demikian wawasan media sebagaimana Bali Post telah menjadi Internasional. Maka tidaklah lumrah bilamana Koran Bali Post memberikan kredit istimewa terhadapa tulisan putra Dayak tersebut sebagai sebuah karya sastra.

Jadi selayaknya kita sebagai putra daerah patut berbangga hati serta dapat meneladani kegigihan, keuletan, keberanian, stamina, semangat juang saudara Awung yang telah berkutat selama 5 thn dengan segala macam tantangan menulis buku tersebut, tanpa kenal lelah dan menyerah sampai pada akhirnya diakui dan diterbitkan secara resmi oleh media/penerbit Nasional.
Buku karya tulis ini sudah beredar di seluruh Indonesia, terutama di Toko buku kelompok Gramedia.
Untuk membaca resensi oleh Koran Bali Post tgl 21 Maret 2010 klik disini
Mencari Nikmat di Jalan Sesat

Judul : Belenggu
Pengarang: Awung

Tebal : vi + 429 halaman

Penerbit : Pustaka Populer Obor Jakarta, 2010

Inilah sebuah kisah nyata. Neru, seorang pria daerah nun jauh di pedesaan, berkeinginan besar untuk dapat bertualang ke seluruh plosok dunia. Untuk dapat meraih impiannya itu, perjalanan hidupnya penuh dinamika, penuh warna. Ia harus mengorbankan bangku kuliahnya, dan memulai menyusun rencana perjalannnya keliling dunia. Sebagai anak yang baik, anak yang berbakti, ia mohon restu dari kedua orangtuanya yang sebelumnya ia sulit dapatkan. Sebelum benar-benar menginjakkan kakinya ke beberapa negara, Neru memulai pengembarannya dengan melakukan perjalanan keliling di Tanah Air.

Ketika Neru menginjakkan kakinya di Pulau Dewata, ia justru mengukir sejarah hidupnya dengan warna kelam. Mula-mula ia merintis sebuah usaha demi mengumpulkan tabungan untuk keliling dunia. Untuk menambah pendapatan, Neru mencari pekerjaan sampingan bahkan sebagai kurir ia geluti. Memilih profesi sebagai kurir, membuat ia berkenalan dengan orang-orang baru di Pulau Dewata. Tanpa sadar pula, ia memasuki sebuah dunia baru.

Neru mulai mengenal satu demi satu dengan orang pemakai narkoba, para bandar, hingga terjebak ke dalam lembah neraka sebagai pemakai narkoba. Rasa sakit yang sangat hebat, rasa ketagihan yang selalu menyiksa, kematian yang terjadi dihadapannya, telah membuat Neru ingin keluar dari dunia yang sesat. Ia ingin kembali meraih impiannya untuk dapat melihat dunia, namu usahanya selalu sia-sia.

Berbagai usaha telah ditempuhnya, namun ia selalu kembali ke jalan yang sesat. Seluruh harta bendanya, tabungan masa depannya, untuk meraih mimpi sirna sudah. Dalam kesendiriannya, kesengsarannya, tanpa sengaja Neru bertemu dengan beberapa orang yang pernah memakai narkoba bersamanya. Tapi, apakah Neru bisa melepaskan tali kesengsaraan itu? Apakah ia selalu terbelenggu, terperangkap selamanya dalam kehidupan yang kelam, tanpa bisa mewujudkan impiannya?

Begitulah sebagian kisah nyata yang ditulis Awung dalam bentuk sebuah karya sastra. Novel yang dikarang Awung asal pedalaman Kalimantan ini, penting dibaca terutama oleh kaum muda yang rentan kena korban penyalahgunaan narkoba. Oleh karena bekerja sebagai penyuluh lapangan yang bertugas membantu para pecandu narkoba untuk menghilangkan kebiasaannya, Awung tampak begitu sangat menguasai permasalahan yang mengisahkan seluk beluk penyalahgunaan narkoba.

Sebagaimana tertulis di bagian bawah sampul buku: "kisah nyata pecandu narkoba", buku ini tak ada salahnya jika dijadikan referensi bagi peneliti sosial khususnya yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba. Cara Awung memaparkan cerita cukup lumayan. Novel yang dibangun dari beberapa bab ini menggunakan bahasa yang lancar. Mari kita simak bagaimana Awung menceritakan tentang nikmatnya Neru menggunakan narkoba.

Ciri khas pemakai berat bila, barang keramat berlimpah tidak keluar-keluar dari sarang persembunyiannya. Demikanlah yang terjadi dengan Neru. Ia sangat menikmati hidupnya. Bahkan ia akan menemukan keasyikan tersendiri di planet ini. Biasanya ia pakai dengan menghirup asap alias dragy. Saat ini, dikarenakan Br berlimpah, ia beralih smoky- seperti yang terjadi di kamar kanjat tempo dulu. Serbuk ajaib itu diisinya kebatang rokok lalu dihidupkan, lantas dihisap dalam-dalam, layaknya rokok biasa.

Wuih-wuih, nikmat sekali hidup ini. Tak ada kenikmatan lain di dunia ini selain hidup bergelimang putaw. Langit dan bumi dengan segala isinya seakan milik pribadi. (halaman 268-269). Akan tetapi benarkah Neru bahagia? Ternyata kenikmatan Neru hanya sesat. Simaklah halaman 270-271. Di situ Awung menulis: "Hmm, Neru senang dengan libidonya yang terpuaskan. Ia bangga bisa melakukan apapun yang ingin ia lakukan. Singkatnya, ia puas. Akan tetapi, betapa kagetnya ia setelah mengetahui barang dagangannya hanya tinggal sedikit. Bahkan ia kalang kabut setelah menghitung-hituang duit yang tinggal tak seberapa. Huuh, Neru tak pernah menyangka barang sebanyak dua kilo itu bisa habis. Bahkan modal plus keuntungan yang diharap-harapnya pun nihil. Benar-benar nihil. Barang habis + duit ludes = bandar bangkrut. Gagal lagi cita-citanya keliling dunia. Gagal lagi menggapai mimpi".

Awung juga menceritakan, sejumlah pemakai narkoba mengidap virus HIV-AIDS. Ini merupakan bukti nyata, hukum karma berlaku untuk semua orang, tanpa pilih kasih. Mencari kenikmatan atau uang dengan cara yang sesat, ternyata menghasilkan kesengsaraan. Sehubungan dengan itu, patut direnungi kata-kata bijak ini: "banyak orang yang ingin mencari uang dengan mengorbankan kesehatannya, namun setelah uang berkumpul, ia jatuh sakit dan akhirnya semua uangnya itu dipakai membiayai pengobatan dan belum tentu sembuh".



Wayan Supartha

sumber :
- http://www.kalteng.go.id
- http://www.balipost.co.id


No comments :

Post a Comment

 
Copyright © 2009-2013 Cerita Dayak. All Rights Reserved.
developed by CYBERJAYA Media Solutions | CMS
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Flickr YouTube