Mata pencaharian orang Lawangan adalah berburu, meramu, perikanan, bercocok tanam, peternakan, kerajinan dan sekarang banyak yang berdagang. Mereka juga mengusahakan perkebunan karet dan kopi. Tanah yang berbukit-bukit membuat orang Dayak Lawangan biasa berjalan kaki berjam-jam untuk mencapai lahan pertanian mereka. Orang Dayak Lawangan bermukim di tengah-tengah daratan selain di tepi sungai. Secara keseluruhan, sistem pengetahuan orang dayak pada umumnya dikaitkan dengan kepercayaan akan roh. Demikian juga hasil-hasil seni dan budaya mereka berhubungan dengan kepercayaan mereka. suku Dayak lawangan juga mengenal upacara-upacara adat, seperti mencari jodoh, pernikahan, kehamilan, kelahiran anak, sunatan pada usia 7 tahun, orang sakit keras, penguburan, peringatan orang meninggal, hari raya agama Islam dan Kahariangan. Penting dicatat di sini, Pernikahan antar kerabat keluarga tidak diperbolehkan.
Secara umum, orang Dayak pedalaman menganut animisme dan agama Kristen, sedangkan yang di daerah pantai menganut agama Islam. Orang Dayak Lawangan umumnya beragama Kaharingan. Selain itu, ada juga yang menganut kepercayaan Nyuli yang mendasarkan diri pada ajaran kebangkitan dari kematian (suli), yaitu unsur yang bertalian dengan agama. Menurut ajaran Nyuli itu, Bukit Lumut akan melepaskan orang-orang yang sudah meninggal, yang semuanya akan kembali ke desanya masing-masing dengan membawa beberapa hal dari akhirat yang akan memulihkan keadaan surga di dunia. Orang Lawangan juga percaya pada Duus yaitu makhluk yang hidup dan mati mempunyai jiwa (animisme). Kuburan dipercaya sebagai surga (rumah tulang belulang). Selain itu, suku Lawangan memuja leluhur sebagai makhluk yang lebih tinggi dan disebut Duwata. Tiap keluarga memuja Duwatanya sendiri yang bertidak sebagai dewa rumah, yang mereka namakan Kunau. Pangantuhu, tengkorak manusia adalah alat untuk memanggil Duwata.
Mobilitas penduduk yang meningkat dan terjadinya kontak dengan dunia luar, membawa perubahan-perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan, adat istiadat dan pandangan hidup orang Lawangan. mereka tidak lagi bersikap tertutup, malahan semakin terbukan terhadap pendatang. Hal ini mempengaruhi juga sistem pencaharian mereka. Orang Lawangan membutuhkan pendidikan dan bekal ketrampilan yang meadai untuk meghadapi pelbagai perubahan yang muncul serta untuk mengatasi kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan.
Kemudian daripada itu aku melihat : sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba !" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Dayak Lawangan, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku Dayak Lawangan
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi suku Dayak Lawangan yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.